Dear You.
Hingar
bingar suara klakson motor dan mobil, debu bertebaran, hingga menemui hal-hal
ekstrim itulah yang aku rasakan setiap hari di Ibukota. Siang ini, cuaca sangat
panas, sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat di kantorku saja,
dan tidak jadi membeli makan siang di luar. Perlahan ku buka album foto di
laptopku yang bertanggal “20 Desember 2005 Jogja” aku menemukan sosokmu hidup
kembali di sana, saat itu kita liburan bersama, menghabiskan waktu bersama,
tertawa riang bersama layaknya sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta. Ya,
kita memang sepasang kekasih pada waktu itu.
Aku
suka caramu menatapku dengan tajam, kedua bola matamu membulat dan terfokus
kepada lingkar mataku. Aku selalu suka mendengar suara lucu yang keluar dari mulutmu
setiap kali kamu berbicara, dengan suara cadel dan gugupmu. Aku suka mendengar
suara tawa dan senyummu. Ah, itu lucu sekali saat gigi gingsulmu terlihat di
sudut bibirmu. Aku suka tubuh besar dengan kulit sawo matangmu, yang selalu aku
senderkan setiap kali aku lelah dengan tugas semasa kuliahku dulu. Aku suka
caramu menggenggam tanganku dimanapun kita berada, dengan sentuhan-sentuhan
lembut kamu menggenggam erat tanganku. Aku suka kecupanmu yang menenangkan
percis melesat di bibir tipisku. Aku suka pelukanmu yang meneduhkan yang
membuatku ingin terus di dekatmu.
Perlahan,
ku buka album demi albumnya. Terdapat satu foto saat kita berada di pantai
menikmati sunset dan kamu mencium keningku dan berkata “I love you yesterday, today, tomorrow, and whenever. Please don’t far
away from me.” Katamu dengan lirih di telinga kiriku. Butiran pasir dan
suara gemuruh ombak sore itu menjadi saksinya. Tubuhku serasa tak ingin jauh
darimu. Tanganmu menggandengku erat dan kita sembari menatap sang surya yang
akan pulang ke rumahnya. Rasanya, aku bahagia sekali pada waktu itu.
Sekarang,
sudah lama kita tidak berjumpa, padahal jarak Jakarta – Bandung tidak begitu
jauh. Tapi, ternyata kita sudah hampir dua tahun tidak pernah bertemu dan
bertegur sapa lewat sosial media. Aku tidak tahu dengan siapa kamu sekarang,
apakah kamu masih sendiri atau ada wanita lain yang bisa menggantikan sosokku?
Apakah senyummu masih sama seperti dulu? Dan apakah kamu masih bisa tertawa
terbahak-bahak seperti dulu?
Dear,
You.
Ah,
aku rindu kamu Mas. Aku ingin bertemu dan menghabiskan waktu bersamamu lagi
seperti dulu. Jogja memang selalu seperti magnet yang membuatku tertarik untuk
terus merindumu, rindu akan kenangan kita di masa lalu.
Komentar
Posting Komentar