Maaf.
Selamat malam mas, apakah kamu sudah tiba dirumah? Atau
kamu mampir dulu ke rumah seseorang? Ah, rasanya tidak mungkin kamu mampir. Atau kamu terlalu capek sampai lupa mengabariku kalau sudah tiba? Ah, wajar itu efek kamu kesal dengan diriku.
Aku tahu rasanya kecewa mas, aku tahu rasanya
dibohongin. Aku pernah merasakannya. Jujur, tidak ada sama sekali niatan aku
untuk berlaku seperti itu ke kamu. Aku sayang, aku sayang kamu.
Ah, malam itu rasanya malam terburuk selama aku
bertemu kamu, aku sama sekali tidak melihat kerut senyum yang melingkar diwajah
bulatmu itu, aku tidak mendengar tawa lepas terbahakmu dan gigi gingsulmu, aku
tidak merasa kamu seperti biasanya. Aku hanya melihat tatapanmu tajam penuh
amarah, ucapanmu pelan namun menyayat hati, sampai-sampai aku meneteskan air
mata. Ah, ini sungguh berlebihan.
Aku tidak tahu siapa yang sepenuhnya bersalah dalam
kejadian ini. Apakah aku yang memang memberi celah kepada seseorang. Atau kamu
yang memang acuh sehingga aku terlalu asik terabaikan lalu mencari ketenangan
dari pria lain. Aku memang salah, aku yang membuka celah untuk pria lain, aku
yang merespon karena terlalu asik terabaikan, sampai aku lupa dimana batasanku.
Maafin aku mas, aku tau sepuitis apapun aku saat
ini, tidak akan bisa merubah kekecewaanmu terhadapku. Maaf, sudah membuatmu
kecewa. Tapi satu yang harus kamu tahu, aku sayang dan tidak ada sedikitpun
niatan aku untuk menjauh bahkan kehilangan kamu.
Sekali lagi, maaf; empat huruf yang begitu mahal harganya.
Sekali lagi, maaf; empat huruf yang begitu mahal harganya.
Jakarta, 28 Oktober 2016.
Pukul: 01.00 WIB.
Pukul: 01.00 WIB.
Komentar
Posting Komentar