Bagaimana Kita Seharusnya?

“Pagi sayang, semangat menjalankan aktivitas ya, semangat berkerja juga nanti. Aku berangkat kerja duluan. Kamu jangan lupa sarapan. Loveyou!” (Pukul: 07.00 WIB.)

“Jangan lupa sholat sama makan siang, aku lagi istirahat dikantor. Kamu lagi makan juga kan disana?” (Pukul: 13.00 WIB.)

“Sayang, aku pulang dulu. Ini aku udah pake helm dan savety kok.” (Pukul: 17.00 WIB.)

“Aku udah dirumah nih, kamu jangan lupa sholat magrib dan makan malam ya.” (Pukul: 18.30 WIB.)
“Sayang, hari sabtu atau minggu aku libur. Kita ketemu ya? Kamu lagi ngga ada janji kan? Aku kangen kamu.” (Pukul: 19.30 WIB.)

“Kamu udah tidur belom?” (Pukul: 20.30 WIB.)

“3 missed calls”

“Kamu tidur ya? Yah, padahal aku mau cerita banyak sama kamu soal dikantor tadi, aku juga mau denger cerita kamu seharian ini dikantor kamu.” (Pukul: 21.45 WIB.)

“Malam sayang, maafin aku ya kalo akhir-akhir ini, kamu ngira aku selalu sibuk kerja, aku ada yang lain dikantor, aku udah ga sayang kamu karena jarang ada waktu buat kita. Aku masih sayang kamu, sesekali aku pasti ngabarin kamu kok buat merhatiin kamu, meskipun ngga instens. Loveyou!” (Pukul: 22.00 WIB.)


Eh, itu bukan obrolanku dengan kekasihku, melainkan hanya sebuah pesan singkat pria lain kepada wanitanya yang akhir-akhir ini cemburu karena merasa terabaikan.


Kadang aku rindu hujan, dengannya aku bisa merasakan kehangatan lewat rintikannya dibalik selimutku. Bukan dibalik pelukanmu.
Kadang aku rindu matahari, yang menyinari pagi, namun bukan seperti kamu yang justru menggelapkan hariku.
Kadang aku rindu malam, dengannya aku bisa menceritakan semua keseharian diriku. Bukan seperti kamu yang tak pernah mau mendengarkan semua ceritaku.
Tapi, aku lebih rindu kamu, lelaki yang selalu ku perjuangkan dengan doa-doa ampuhku, lelaki yang selalu ku banggakan dihadapan Tuhanku dan Tuhanmu, lelaki yang selalu ku bayangkan wajahnya ketika aku hendak bergegas memejamkan kedua mataku.

Haiii..
Apakah kamu tak rindu dengan wajahku?
Apakah kamu tak rindu dengan suaraku?
Apakah kamu tak rindu dengan nyanyian lagu kita yang selalu kita nyanyikan dalam mobil ketika kita sedang pergi berdua?
Apakah kamu tak rindu dengan suara tawa lepasku?
Apakah kamu masih mau mengabaikanku dibalik kesibukan dengan rutinitasmu?
Apakah kamu menyimpan sesuatu yang tak ingin ku tahui?
Apakah kamu justru merindukan sosok wanita lain dimasa lalumu?
Apakah kamu masih mengharapkanku saat ini?
Apakah kamu masih ingin bersamaku?
Apakah kamu masih mencintaiku?
Atau semua ucapanmu selama ini hanya kepalsuan belaka agar kamu bisa dengan cepat melupakan masa lalumu?

Jadi, bagaimana kita seharusnya?
Mengalir meski tak berarus?
Mencintai meski terabaikan?
Merindukan meski tak tergubris?
Melanjutkan meski tak teranggap?
Atau saling memutuskan dan melupakan lalu menjauh perlahan?


Jakarta, 15 Oktober 2016.
Pukul:22.10 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku MATI RASA.