Merindumu dan Mencintamu Tanpa Jeda.

Lagi-lagi ini adalah pagi yang sangat membosankan, seketika teringat dahulu aku berusaha bangun pagi untuk melihat dunia yang begitu indah, dan yang terakhir adalah melihat handphone yang ku taruh disamping bantal.

Kenapa aku menaruhnya disamping bantal? karena aku tau, seketika kamu membangunkanku dengan menelfonku untuk mengucapkan "Good Morning" tapi lagi-lagi ini hanyalah nostalgia. Mungkin tak pantas ku sebut noltalgia, lebih pantas lagi ku sebut ini adalah noltalgila. Ya, ini memang gila.

Entah kenapa aku merasa gila tanpanya. Gila tanpa kalimat yang selalu dia ucapkan ketika pagi. Gila tanpa kalimat yang selalu dia ucapkan ketika aku hendak melakukan aktivitasku setiap hari. Gila tanpa perhatian yang selalu dia berikan padaku setiap harinya. Gila tanpa senyum manis yang selalu menemani hari-hariku ketika dia menjemputku saat aku hendak ingin kuliah. Dan yang terakhir, aku gila tanpa kalimat yang selalu dia ucapkan ketika aku hendak tidur dan ingin melepaskan semua bebanku seharian penuh. Kalimat yang mengantarkanku ke dalam alunan dentingan mimpi yang dia panjatkan untukku.
Lagi-lagi ini hanya khayalan.

Entah sampai kapan aku harus menahan kerasnya ombak yang kau berikan dari senyum yang dahulu untukku. Tapi sementara kini hanya untuknya. Entah sampai kapan aku harus menahan kerasnya batu yang kau letakkan di kepalaku? sehingga aku harus merasakan berat yang tak berkesudahan.

Sadarkah kau bahwa selama ini jarak memisahkan kita, walaupun kita masih satu kawasan. Tapi entah mengapa jarak itu serasa jauh. Bahkan serasa memisahkan kita. Dahulu rasanya tak ada penghalang sama sekali untuk kita bertemu, namun sekarang? rasanya sangat sulit sekali. Sulit ku gapai wajahmu yang biasanya meramaikan duniaku. Meramaikan detak jantungku. Meramaikan aliran darahku. Meramaikan gerlingan senyumanku. Meramaikan kesedihanku. Dan terakhir meramaikan handphoneku. Iya dahulu kamu adalah segalanya bagiku.

Ini adalah saat yang menyebalkan ketika aku harus menunggu jemputanku. Saat jam kuliah telah usai, maka jadwalku hanyalah menunggu. Menunggu supirku. Dahulu aku tak pernah menunggu, melainkan akulah yang selalu ditunggu. Ditunggu oleh kamu yang memang dahulu setia dan menyayangiku. Tapi nyatanya sekarang berbeda. Lagi-lagi aku harus bermain dengan nostalgia. Eh salah maksudku nostalgila.

Aku sadar ini semua memang serpihan kenanganku di masa lalu. Yang jelas memang belum sempat aku lupakkan. Bahkan, aku sama sekali tidak ingin membuangnya. Karena itu semua begitu indah bagiku. Dan aku rela meskipun aku harus menahannya seperti ini. Karena aku tau, tulang rusuk takkan pernah tertukar, jikalau aku adalah calon tulang rusukmu kelak. Aku rela harus Merindumu dan Mencintamu Tanpa Jeda :)


Seeyou readers papai.. mmmuuuuaaaaccccccchhh^^

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku MATI RASA.